Tuesday, September 28, 2010

Tafsir al-Quran; al-Qiyaamah: 36-40. Manusia Tidak Diciptakan Sia-sia


"Apakah manusia mengira bahawa dia akan dibiarkan begitu sahaja (tanpa dipertanggungjawabkan)? Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan darinya sepasang: laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?"
al-Qiyaamah: 36-40


Pada bahagian akhir surah ini, Al-Qur'an menyentuh hati manusia dengan mengemukakan hakikat lain dalam realiti kehidupan mereka, hakikat yang menunjukkan adanya rencana dan pengaturan Allah, menunjukkan adanya kehidupan lain yang sangat mereka ingkari kebenarannya, walhal, mereka tidak dapat lari daripadany dan tiada daya upaya untuk menolaknya.

'Apakah manusia mengira bahawa dia akan dibiarkan begitu sahaja (tanpa dipertanggungjawabkan)?'

Terdapat golongan yang berpandangan, kehidupan hanyalah gerakan-gerakan yang tidak memiliki motivasi, tiada tujuan dan sasaran. Kehidupan bagi mereka hanyalah rahim-rahim yang melahirkan dan kubur-kubur yang menelannya kembali, sedang ruang masa antara keluar rahim dan masuk kubur itu hanyalah untuk bersenang-senang, berhias dan bersolek.

Islam meletakkan matlamat yang jelas bagi kehidupan manusia. Adanya undang-undang dan peraturan, yang di belakangnya ada tujuan dan di balik tujuan itu adanya hikmah. Kedatangan manusia ke dalam arena kehidupan ini sesuai dengan takdir yang berlaku hingga kadar tertentu, dan akan berkesudahan dengan perhitungan dan pembalasan. Perjalanannya di atas Bumi ini juga sebagai ujian yang kelak akan diperhitungkan dan diberi balasan.

Adapun pandangan yang cermat serta perasaan di baliknya tentang adanya Tuhan yang berkuasa, yang mengatur dan bijaksana, Dia mengadakan segala sesuatu dengan kadar tertentu dan segala sesuatu di dunia ini akan berakhir pada suatu kesudahan yang telah ditentukan. Yang membezakan manusia dengan binatang adalah perasaannya terhadap hubungan waktu, peristiwa-peristiwa dan tujuan-tujuan, hubungan dengan keberadaan tujuan dan wujud manusia itu, dan wujud segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Maka dia tidak hidup semata-mata untuk menghabiskan umurnya dari waktu ke waktu, dari satu peristiwa ke satu peristiwa. Di dalam fikirannya, dia selalu menghubungkan masa dan tempat, masa lalu, masa sekarang dan yang akan datang. Kemudia, dia hubungkan semua ini dengan keberadaan alam yang besar beserta undang-undangnya ; setelah itu dia hubungkan semua itu dengan iradah 'ulya' (kehendak tertinggi) yang menciptakan dan mengatur, yang tidak menciptakan manusia dengan sia-sia, dan tidak membiarkannya tanpa tanggungjawab.

Seruan dalam Al-Qur'an pada ayat di atas adalah satu sentuhan terhadap hati manusia supaya memikirkan dan memperhatikan kaitan-kaitan dan hubungan-hubungan, sasaran dan tujuan, ilat dan sebab, yang menghubungkan keberadaannya, dengan keberadaan seluruh alam semesta dan dengan iradah yang mengatur wujud segala sesuatu ini.

Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan darinya sepasang: laki-laki dan perempuan.

Apakah manusia ini? Dari apa ia diciptakan? Bukankah ia dahulu setetes sperma yang ditumpahkan ke dalam rahim, yang kemudiannya berkembang menjadi 'alaqah (segumpal darah) dengan bentuk khusus di dalam rahim, yang menempel di dinding rahim untuk hidup dan menyerap makanan? Maka, siapakah yang memberikan ilham kepadanya untuk melakukan gerakan seperti itu? Iradah manakah yang menjadikan laki-laki atau perempuan dari sebuah sel ini?

Tiada tempat lari dari merasakan adanya kuasa yang mengatur dan memandu 'nuthfah' yang ditumpahkan ke dalam rahim itu dalam perjalanan (prosesnya) yang panjang, hingga sampai kepada kejadiannya.

Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?

Demikianlah surah ini ditutup dengan memberikan kesan yang kuat, pasti dan mendalam, yang memenuhi perasaan ini, terhadap hakikat keberadaan manusia dan adanya pengaturan dan kekuasaan di belakangnya...

Allahua'lam..


Rujukan daripada Jilid 12 Tafsir Fi Zhilalil Qur'an.

No comments:

Post a Comment